April 24, 2024

deCODE

Progressive News & Creative Magazine

Masih Tentang Happiness Festival Kemarin: Lawan Fast Fashion dengan Menerapkan Ethical Fashion

3 min read
Masih Tentang Happiness Festival: Lawan Fast Fashion dengan Menerapkan Ethical Fashion

Foto: Sasya Semitari P

Sahabat deCODE, apa kalian pernah mendengar dengan istilah Ethical Fashion? Menurut Ichwan Thoha seorang Fashion Designer, ethical fashion adalah pendekatan pembuatan pakaian yang memaksimalkan manfaat bagi masyarakat dan komunitas sambil meminimalisir dampak negatif pada lingkungan. Dengan menerapkan ethical fashion kita bisa mengurangi dampak dari fast fashion.

Lalu, apa yang dimaksud dengan fast fashion? Fast fashion Ialah istilah kontemporer untuk perusahaan retail fashion. Ternyata adanya fast fashion bisa menimbulkan dampak negatif lho. Dampak tersebut diantaranya seperti anak muda lebih konsumtif, maksudnya mereka akan lebih sering membeli produk-produk fashion yang sedang menjadi tren.

Masih Tentang Happiness Festival: Lawan Fast Fashion dengan Menerapkan Ethical Fashion
Talkshow yang dilakukan Ichwan Thoha di acara Happiness Festival

Sesuai yang dijelaskan oleh Ichwan Thoha saat mengisi talkshow di acara Happiness Festival pada Sabtu, 31 Maret 2018 kemarin. Dampak dari fast fashion lainnya, selain menimbulkan sifat konsumtif, yaitu masyarakat lebih menyukai merek internasional daripada merek lokal yang lebih peduli terhadap isu lingkungan, sosial dan juga ekonomi.

Sadar atau tidak ternyata konsumsi pakaian meningkat 60 persen sejak dekade awal tahun 2000-an. Ichwan menegaskan bahwa konsumsi pakaian yang dilakukan secara terus menerus dan bersifat sekali pakai, mengakibatkan menumpuknya limbah fashion.

Selain ethical fashion, kita juga bisa menerapkan sustainable fashion. Sustainable fashion adalah fashion yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa perlu mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Masih Tentang Happiness Festival: Lawan Fast Fashion dengan Menerapkan Ethical Fashion
Ichwan Thoha

“Saya pernah mengajar fashion bisnis di Universitas dan saya menghimbau kepada mahasiswa untuk lebih memikirkan bahwa produk yang akan mereka buat harus sustainable, tidak hanya memikirkan desain dan produk, tetapi juga bagaimana cara menghancurkannya. Bahkan memikirkan bagaimana bahan ini longlastig agar tidak menjadi sampah maupun limbah,” ujar Ichwan.

Ethical fashion sendiri memiliki beberapa kriteria yaitu:

  1. Melawan fashion yang cepat dan mendukung kehidupan yang berkelanjutan
  2. Membatasi penggunaan peptisida dan kimia beracun
  3. Menggunakan kain yang ramah lingkungan
  4. Meminimalisir penggunaan air dan mengkampanyekan kesadaran sustainable fashion dengan cara menggunakan sumber daya yang baik serta mengkampanyekan mengenai hak-hak terhadap hewan. Maksudnya adalah kita harus mulai berhenti memproduksi atau mendesain suatu produk fashion yang menggunakan bahan dari kulit atau bulu hewan.

Di zaman ini, tantangan tebesar bagi fashion designer adalah membuat desain dan memproduksi barang yang tidak membuang-buang kertas dan bahan agar tidak menjadi limbah.

Ichwan menyarankan untuk menyumbang atau mendonasikan pakaian yang sudah tidak kita pakai kepada mereka yang sedang membutuhkan.

Bahkan kita bisa memodif pakaian lama untuk dijadikan produk lain, misalnya celana jeans didesain untuk dijadikan tas. Atau bisa membuat garage sale untuk menjual pakaian lama yang sudah kekecilan.

Menurut Ichwan, kita juga perlu mempertimbangkan dan membuat garmen yang cepat menyatu atau melebur dengan tanah. “Garmen itu potongan baju, contohnya celana bahan denim atau bahan lainnya, kalau gak kita pakai, kita buang itu menyatu dengan tanah. Itu yang harus dipikirkan, bahannya bahan apa.” jelasnya.

Sebaiknya, kita nemperbanyak potongan-potongan yang timeless atau klasik. Seperti t-shirt, white t-shirt, little black dress. Potongan tersebut bisa dengan mudah dirancang satu sama lain yang fleksibel dan tidak lekang dimakan waktu. Menurut fashion designer yang sudah menyukai dunia fashion sejak TK ini, menjadi seorang designer harus bisa menceritakan filosofi dari desain yang dibuat dan juga menceritakan bagaimana cara kerja saat pembuatan desain tersebut.

“Lebih menghargai the man behind the product atau desain, itu sudah sering dikampanyekan di berbagai banyak negara,” tambahnya.

Sebelum menutup diskusi, Ichwan Thoha juga mengatakan bahwa ethical fashion belum banyak orang yang tahu, karena masih kurangnya sosialisasi. Selain itu, masih banyak orang yang menganggap bahwa aktivitas dari ethical fashion terkesan ambigu. Oleh karena itu, kita perlu terus mengampanyekan ethical fashion  untuk lingkungan yang lebih baik.

Reporter: Riska Fitria | Editor: Nadhira Aliya & Galih Perdana

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.