Eksplorasi Tanpa Batas Sebuah Trauma dari Film 27 Steps of May
In every way possible, people experience some things that we called as Trauma. 27 Steps of May menawarkan kita perjalanan menyusuri kisah mengharukan tentang bagaimana sebuah trauma dapat menjadi tempat tinggal yang kelam, and somehow made you stuck for going nowhere. Film ini adalah pembuktian dari kalimat “when silence speaks louder than words.”
27 Steps of May menceritakan kisah seorang wanita bernama May (Raihaanun) yang harus menjalani kehidupannya selama 8 tahun dalam trauma. Insiden ini dialami May, pada masa SMP-nya, ketika sedang bermain di Pasar Malam sendirian, ia mengalami kekerasan seksual, gang rape.
Membayangkannya saja sudah seram, bagaimana ketika diperlihatkan. May disiksa dan dipaksa memenuhi hasrat bejat beberapa laki-laki ini. Setelah itu, May pulang dalam keadaan berantakan dengan tatapan yang kosong. Perjalanan trauma May pun dimulai dari sini.
Selama 8 tahun, May tinggal dengan bapaknya (Lukman Sardi) yang tak ada hentinya merasa bersalah akan apa yang telah menimpa May. Terlihat betapa patah hatinya si Bapak melihat May yang harus hidup dalam kebisuan dan kesunyian yang traumatis.
May tak lagi melihat hidup sebagai indahnya pelangi, namun hanya datar dan tak berwarna. Hal ini ditampilkan dari setiap pilihan warna yang dipilih dan segala yang berkaitan dengan May.
Menariknya juga dari cerita ini, sang Bapak dapat menjadi seorang Bapak yang baik hati pada siang hari, namun di malam hari berubah menjadi pribadi yang beringas dan pemarah. Dihantui oleh rasa penyesalannya akan apa yang menimpa May, Bapak melampiaskan amarahnya pada pertarungan tinju. The cruelest ones.
Every pace, every step in every side of this movie is outstanding. Raihaanun memerankan May dengan sukses sekaligus memilukan. Akting yang sebenar-benarnya adalah ini. Dimana tolak ukur hebat tidak lagi dari dialog yang diucapkan, namun dari setiap pergerakan badan, bola mata, mimik muka dan perasaan yang terpancarkan adalah sebuah tolak ukur lama yang kian terlupakan.
Selain itu, 27 Steps of May memiliki backsound yang menarik, salah satunya adalah suara jam berdetik yang seakan menjadikan kita sebagai penonton seakan ikut cemas, menikmati setiap kekalutan dari para pemainnya.
Ini adalah salah satu film yang tidak banyak bicara, tetapi kita tetap dibuat mengerti dengan cerita yang ada. Film ini banyak menghadirkan unsur-unsur semiotika. Terlihat dari hadirnya Pesulap yang diperankan dengan Apik oleh Ario Bayu dan sang kurir (Verdi Solaiman) yang juga membawa warna pada film ini.
27 Steps of May memiliki ending yang terbaik. Terlihat dari seusai film selesai, banyak dari penonton yang tak langsung beranjak dari kursinya. Seakan-akan ikut kalut akan kisah film ini. Memicu emosi yang tak terbantahkan.
This movie speaks in volumes, some people may not comprehend it bluntly. It takes some certain patience and comprehension. Setiap gerakan, setiap langkah, dan dalam hal sekecil apapun membangun kisah ini menjadi sebuah proses yang menyenangkan.
deCODE menobatkan, 27 Steps of May sebagai film Indonesia terbaik tahun ini. Dengan penguatan cerita dari segala sisi, penggambaran magis sebuah trauma serta acting yang sangat mumpuni, adalah sebuah pembuktian. Bahwa film dibangun bukan hanya dari dialognya saja, tapi dari sisi-sisi lainnya yang merangkai cerita. Our score for this movie is 9.5/10! Definitely, worth your watch.