Dibalik Tragedi Suporter Sepak Bola Hingga Menewaskan 125 Orang
Rakyat Indonesia menuntut jawaban setelah pertandingan sepak bola antara dua klub (Arema dan Persebaya) yang saling bersaing berubah menjadi salah satu bencana terburuk dalam sejarah olahraga.
Ribuan penggemar menyerbu lapangan pada Sabtu malam setelah tim tuan rumah kalah dalam pertandingan di Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur. Polisi membalas dengan cara menembakkan gas air mata kepada supporter. Dalam kepanikan untuk menyelamatkan diri dan hancur karena panik di pintu keluar. Pihak berwajib mengatakan sedikitnya 125 orang tewas, termasuk puluhan anak-anak, salah satunya berusia di bawah tiga tahun. Beberapa fans tewas di pelukan para pemain yang datang untuk bersorak beberapa jam sebelumnya, kata pelatih tim tuan rumah Arema FC.
A fraught history
Sebelum pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya, tim lain dari Jawa Timur. Ada kekhawatiran karena kekerasan antar suporter belum pernah terjadi sebelumnya. Jadi tindakan pencegahan ekstra diambil, termasuk peningkatan keamanan. Mereka juga mencegah pendukung Persebaya datang ke pertandingan, yang berarti hanya penonton tuan rumah sebanyak
42.000 melebihi kapasitas yang menyemangati tim mereka pada Sabtu malam. Namun, diketahui setelah peluit akhir dibunyikan, suporter Arema bergerak ke lapangan, tempat para pesepakbola tim berkumpul di tengah. Persebaya sudah dikawal ke ruang ganti oleh polisi, di antaranya banyak yang jatuh di lapangan, tampaknya datang untuk mendukung, bukan menyerang. Namun setelah menyadari situasi semakin memburuk, tim kembali ke ruang ganti. Pada titik tertentu, polisi mulai menembakkan gas air mata ke ribuan massa dengan tembakan pistol untuk membubarkan mereka. Seorang saksi mata mengatakan bahwa polisi menembakkan gas air mata terus menerus dan cepat. Fans melarikan diri ke lapangan menuju pintu keluar stadion yang sempit. Tetapi dengan ribuan orang saling mendorong dari belakang dan banyak yang masih menderita menghirup gas, itu menjadi kerusuhan di pintu gerbang.
Di jalan keluar, orang-orang membuat lubang di dinding dan mencakar untuk melarikan diri, berat orang yang mendorong gerbang besi menyebabkan mereka membungkuk ke luar. Di tempat lain, beberapa orang meninggal di ruang ganti akibat tertiban satu sama lain.
How Tragedy Unfolded at Indonesia Stadium
Usai pertandingan, suporter dari sekitar stadion turun ke lapangan. Polisi di dekat tribun VIP menembakkan gas air mata ke tengah lapangan dan menuju tribun 10 hingga 14 kerumunan orang berhamburan ke pintu keluar tetapi kemacetan terburuk adalah sekitar 12 hingga 14 tribun dan banyak yang hancur.
Semoga dari peristiwa yang terjadi seluruh kerabat, keluarga korban diberikan kesabaran dan keikhlasan. Dan, kita sebagai masyarakat Indonesia memberikan doa untuk korban.
[tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?s=Davina+Raffalia++Rose”]Penulis: Davina Raffalia Rose[/tw-button] [tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?s=Bintang+Bellatrix”]Editor:Bintang Bellatrix[/tw-button]
[tw-social icon=”twitter” url=”https://twitter.com/deCODE_Magazine” title=”Follow our Twitter for more Updates!”][/tw-social] [tw-social icon=”Instagram” url=”https://www.instagram.com/decodemagazine/” title=”Follow Our Instagram for more Updates!”][/tw-social] [tw-social icon=”Facebook” url=”https://www.facebook.com/Decode-Magazine-1895957824048036/?hc_ref=ARQllNXfRdmjk9r__uOAjkB4vJc2ohjO-3fMBz5-Ph_uF74OzCx-zYf-biULGvQzGWk&fref=nf” title=”Follow our Facebook for more Updates!”][/tw-social]