Di Desa
Hijau betul, tak ada kurang-kurangnya
Terlihat dua belalang hinggap di ujung tangkai
Si betina pasti yang di bawah, yakinku
Ada juga sebuah gelas, diisi teh dari ketel
Ditadah suami, dituang istri
Keduanya petani
Keduanya berkeringat, mungkin
Daun sedang ramah saat itu
Disambutnya datang angin, tanpa malu
Keduanya berbarengan
Membikin komposisi, syahdu tiada cela
Kadang tenor, kadang falseto
Aku senyum, kenes
Kutengok sebelah kanan
Kamupun tersenyum, lebih kenes
Hujan turun, tak bisa ditawar
Tanganku tanganmu bertemu
Kakiku kakimu berlarian
Ke dan di bawah pohon jati
Menunggu reda, sedikit kuyup
Saat kita melihat sawah di desa
Kemudian kehujanan tiba-tiba, di desa
Tentang aku, dan kamu, di desa
Tanya Jawab
Kita itu buku.
Lalu, awal ini adalah prolognya?
Ya.
Akan ada epilognya?
Oh, tidak.
Kita tak terhingga, tak ada habis-habisnya.
Sekelebat Peristiwa
Kita saling sahut menyahut
Aku adalah Sakura-nya Fariz RM para pengamen
Kamu adalah Nothing Gonna Change My Love For You-nya George Benson di pertigaan jalan
Yang lain? Hanya tatapan-tatapan nanar penuh cemas yang bercermin di kubangan kuah indomie rebus tak bertelur tak berkornet
Sambil mengecap dingin es teh tawar yang hambar, jauh dari segar
Berbaris, berderet
Kita berpagutan
Dijumpakan angin
Diteduhkan pendar-sinar-binar
Yang lain?
Sekadar es sisa
Diancam waktu buat meleleh
Menunggu dituangkan ke kubangan kuah
Kita di langit malam
"Memangnya hafal Sakura?" tanyamu
"Senada cinta bersemi di antara kita" jawabku, masih mau bertanya?
Yang lain?
Di ember cucian
Sebentar kemudian di selokan
Picisan Underground
Peranku yang mencinta
Peranmu yang dicinta
Mauku, skenario kita saling cinta
Aku penulis naskah yang menyamar jadi pemeran
Tuhan, kumohon, terimalah skripku, jadilah sutradara yang bijaksana
Dia dan Dia
Dia bisiki dia sederet kata-kata lewat telinga kirinya
Keluar menjadi “wkwkwk” dari mulutnya
Dia balas bisiki dia satu kata ke telinga kanannya
Dia menoleh, tak berkata sepatah jua,
Melengkungkan garis bibirnya ke atas