Hati-Hati Hustle Culture, Produktif Atau Beban?
Ramai saat ini pelajar dan mahasiswa banyak mengikuti sejumlah magang, volunteer, organisasi dan seminar untuk mengisi luang waktunya. Semenjak munculnya pandemi, pastinya ingin mengisi waktu dengan sebaik mungkin walaupun hanya di rumah saja. Dengan demikian, kegiatan semakin banyak, jadwal semakin padat, motivasi semakin besar serta kesibukan semakin meningkat.
Akan tetapi hal tersebut tidak selamanya baik, salah satu contohnya seseorang mengambil kegiatan magang luar kampus atau volunteer lebih dari 3 perusahaan, belum lagi kegiatan organisasi kampus yang padat maupun tugas kuliah yang semakin bertambah. Terkadang zoom meeting terjadi secara bersamaan di waktu yang sama alias bentrok, lalu apa itu Hustle Culture? dapat membahayakan?
Dengan mengambil kesibukan serta kegiatan-kegiatan bukan berarti dianggap produktif, membuat seseorang semakin tidak fokus dengan apa yang dikerjakan, namun mindset seorang Hustler sangatlah berbeda. Sebenarnya Hustle Culture sendiri itu apa sih? Hustle Culture bukanlah anggapan yang cenderung negatif tapi lebih terhadap tingginya motivasi, energi, dan pergerakan seseorang alih-alih sesuatu penghargaan yang didapatkan.
Biasanya Hustle Culture ini dialami oleh generasi muda seperti milenial dan Gen-Z awal. Apabila ditelaah lagi, tujuannya beragam, seperti mendapatkan pengalaman, insentif tinggi, atau bagi yang sudah bekerja dapat mencapai financial freedom. Nah sahabat deCODE, ada beberapa Hustler Mindset yang perlu kamu ketahui namun jangan dilakukan, ya!
1. Pekerjaan sesuatu identitas kuat, waktu tidur bukanlah yang utama
Biasanya setelah bekerja langsung istirahat, namun berbeda dengan mindset Hustler, pekerjaan merupakan prioritas pertama. Sebaiknya waktu tidur yang baik adalah minimal 8 jam perhari. Kurang dari itu pastinya akan datang penyakit seperti pusing kepala, badan sakit bahkan bisa menyebabkan anemia.
2. Tidak adanya keseimbangan antara kerja dan hidup
Pentingnya keseimbangan antara kerja dan hidup, dengan menikmati sesuatu di luar pekerjaan itu. Misalnya jalan-jalan atau me time.
3. Kerja overtime menjadi hal yang normal
Jangan selalu biasakan kerja sampai overtime, walaupun tugas belum selesai minimal istirahat untuk makan, minum, olahraga kecil di tempat. Biasakan juga jangan terlalu duduk berlama-lama.
4. Jam tidur terganggu, komplain kurang tidur tapi memaksa kerja
Dengan menghabiskan waktu berjam-jam depan laptop memang membuat kurang tidur akan tetapi mindset Hustler akan memaksa hal tersebut.
5. Menghabiskan waktu berjam-jam, bentrok antar kegiatan atau melakukan kegiatan secara bersamaan
Semakin bentrok antara kegiatan dengan yang lainnya, semakin menurunkan daya produktivitas kalian bahkan pengaruhnya ke mental dan fisik. Apa saja pengaruhnya? Mulai dari Burnout atau kelelahan emosional, fisik dan mental menyebabkan stress, dan pikiran terganggu berkepanjangan. Selain itu, anxiety dan depresi merupakan pengaruh yang dialami kebanyakan Hustler. Penyakit jantung juga akan menjadi masalah utama mereka.
Sebenarnya, produktif diukur bukan banyaknya kegiatan lho sahabat deCODE, tapi bagaimana kegiatan itu dapat fokus, menyerap, dan bermanfaat bagi kita. Maka, Hustler merupakan orang-orang kehilangan hidup di masa sekarang.
[tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?author=42″]Penulis: Diva Syafitri[/tw-button] [tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?s=Adhera+Wardani”]Editor: Adhera Wardani[/tw-button]