April 18, 2024

deCODE

Progressive News & Creative Magazine

PAKUBUMI: Melestarikan Budaya

2 min read

Sumber foto : Ahmad Iqbal

Setiap negara memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Perbedaan budaya mengajari kita untuk saling menghargai dan menghormati. Berangkat dari pemahaman tersebut, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Al Azhar Indonesia mengadakan festival budaya yang berlangsung selama lima hari, yaitu pada tanggal 30 September – 04 Oktober 2019, di mana Jum’at 04 Oktober 2019 adalah puncak dari acara tersebut.

“Acara ini akan menampilkan berbagai budaya, terutama dari Indonesia, Jepang, Cina, Inggris dan Arab sesuai dengan jurusan yang ada di Al Azhar ini,” ujar Artika, salah satu panitia acara Pakubumi.

Sumber foto : Ahmad Iqbal

Acara ini dinamakan Pangelaran Kesenian dan Kebudayaan Muda Mudi (Pakubumi) bertema ‘Kembang Lestari’ dengan harapan dapat mengembangkan dan melestarikan setiap budaya yang ada pada program studi FIB. Festival budaya ini berisikan lima budaya, yaitu Arab, Cina, Inggris, Jepang, dan Indonesia yang bertempat di Tenda Biru dan Auditotrium Arifin Panigoro yang dimulai pada pukul 13.00 – 17.45 WIB.

“Untuk acara FIB sendiri ini diadakan setiap tahun yaitu setelah adanya ospek jurusan,” ujar Artika lagi.

Pada puncak acara ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan seperti, bazaar, art space, fashion show, drama, penampilan prodi, dan juga penampilan dosen. Acara ini diawali dengan pembukaan yang dilanjutkan dengan pembacaan tilawah dan sari tilawah, laporan dari ketua pelaksana Azani Fitri Gooniyah, sambutan oleh Bapak Faisal Hendra selaku Dekan FIB dan juga Bapak Asep Saefuddin selaku Rektor Universitas Al Azhar Indonesia.

Sumber foto : Ahmad Iqbal

Fashion show dilakukan dengan berpasang-pasangan yang terdiri dari pakaian tradisional lima negara. Penampilan pertama datang dari Indonesia dengan pakaian tradisional Betawi yang terinspirasi dari dari pedagang Arab, Belanda, serta suku lainnya di Indonesia. Penampilan kedua datang dari Arab dengan pakaian sederhana dan pakaian perempuannya disebut dengan baju gamis. Dilanjutkan dengan pakaian dari Tiongkok yang diadaptasi dari suku Mongol dengan pakaian dengan warna-warna cerah, kemudian pakaian dari Inggris dengan era Victoria sebagai simbol ekspresi mengenai posisi wanita di masyarakat, dan terakhir datang dari negeri sakura yaitu Jepang dengan yukata yang pada awalnya dipakai masyarakat Jepang untuk berendam.

Sumber foto : Ahmad iqbal

Setelah fashion show selesai acara dilanjutkan dengan penampilan dari masing-masing program studi yang diawali oleh penampilan mahasiswa Sastra Inggris dan Sastra Tiongkok, workshop, drama FIB, dan kembali ke penampilan program studi seperti Sastra Arab, Sastra Jepang, kemudian penampilan dosen, dan lainnya hingga penutupan acara menjelang sore hari.

[tw-social icon=”twitter” url=”https://twitter.com/deCODE_Magazine” title=”Follow our Twitter for more Updates!”][/tw-social] [tw-social icon=”instagram” url=”https://www.instagram.com/decodemagazine/” title=”Follow Our Instagram for more Updates!”][/tw-social] [tw-social icon=”facebook” url=”https://www.facebook.com/Decode-Magazine-1895957824048036/?hc_ref=ARQllNXfRdmjk9r__uOAjkB4vJc2ohjO-3fMBz5-Ph_uF74OzCx-zYf-biULGvQzGWk&fref=nf” title=”Follow our facebook for more Updates!”][/tw-social]

[tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?author=42″]Penulis: Siti Masitoh[/tw-button] [tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?s=Emir+Salim”]Editor: Emir Salim[/tw-button]

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.