“Waktu”
Ketika kau hanya mampu menatapnya dalam diam,
Ketika kau hanya mampu melihatnya tertawa dari kejauhan,
Ketika kau hanya mampu untuk berlindung di balik kata sahabat,
Percayalah hal tersebut sangat menyakitkan.
Terkadang kau ingin merubah segalanya agar semuanya tidak sesakit ini, membuatnya menjadi lebih baik dan mengharapkan akhir yang bahagia. Akan tetapi, ketika kau akan melangkah untuk merubah semuanya, hal yang kau rasakan hanyalah keraguan.
Hati berkata, ‘Ini bisa menjadi sebuah batu loncatan dan merubah segalanya.’ Namun, otak berkata, ‘Jangan. Biarkan saja seperti ini, nanti segalanya akan rusak.’
Kau sama sekali tidak tahu apa yang harus kau lakukan. Ingin melangkah atau diam di tempat dan membiarkan segalanya berjalan seperti sebagaimana seharusnya. Membuat keputusan yang dapat merubah segalanya merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Kau terlalu takut akan resiko yang tidak sesuai dengan apa yang harus kamu harapkan. Kau terlalu takut untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini kau rasakan.
Sebenarnya, jika ingin mengambil jalan pintas atas masalah ini, kita hanya tinggal melanjutkan perjalanan yang selama ini kita jalani. Kita hanya perlu diam dan memasang topeng everything is okay. Mudah, bukan?
Iya sangat mudah, tetapi bukan itu yang aku inginkan. Aku ingin perasaan yang tumbuh saat ini berhenti dan cukup sampai disini. Tetapi, jauh di dalam hatiku yang terdalam aku ingin mengetahui apakah perasaanku ini berbalas atau bertepuk sebelah tangan.
Semua perasaan ragu ini membuatku tersiksa. Semua perasaan lelah ini membuatku sangat lelah dengan semuanya. Aku ingin menghentikannya dan aku ingin mendapatkan jawaban atas segalanya. Namun, aku terlalu pengecut dengan semua itu.
Seseorang pernah berkata kepadaku,
“Jika kau memiliki pertanyaan yang tidak kamu ketahui jawabannya, jawaban itu akan kau temukan jika waktunya tiba. Dan jika kau merasakan rasa sakit yang sangat dalam, perlahan-lahan tanpa kau sadari rasa sakit itu akan hilang. Dan ketika kau menyadari sakit itu telah hilang, kau akan tersenyum.”
Aku pun bertanya kepada seseorang itu,
“Siapa yang melakukan semua itu?”
Orang itu tersenyum kepadaku,
“Waktu,” jawabnya.
“Kau hanya perlu menunggu selama sang waktu mengerjakan tugasnya. Tetapi, kau juga harus membantu sang waktu, dengan caramu sendiri dan bersabar. Dan jika waktunya telah tiba pertanyaanmu akan terjawab dan kau akan tersenyum.”
Jika memang Sang Waktu dapat menjawab semua pertanyaan yang terpendam,
Jika memang Sang Waktu dapat menyembuhkan sakit yang dirasakan,
Jika memang Sang Waktu memiliki kekuatan tersebut, aku ingin meminta kepada Sang Waktu untuk membantuku.