Mengenal Tradisi Magongkal Holi Dari Sumatera Utara
Siapa yang tidak tahu Indonesia? Negara yang memiliki keindahan alam bak surga dunia, terbentang dari ujung Sabang hingga Merauke. Tidak hanya alamnya yang indah, Indonesia juga memiliki berbagai macam suku, bahasa dan tradisi budaya. Yuk, simak artikel di bawah ini!
Tradisi lahir sejak zaman leluhur, lalu turun menurun dilestarikan kepada anak cucu mereka. Salah satunya, tradisi suku batak toba di Sumatera Utara ini, Mangongkal Holi. Upacara adat yang dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhurnya.
Pulau ke-6 terluas se-Indonesia ini, mempunyai banyak tradisi adat yang masih kental hingga saat ini. Salah satu tradisinya datang dari suku Batak Toba. Masyarakat Toba biasa memanggil tradisi ini sebagai “Mangongkal Holi”. Arti dari “Mangongkal” sendiri dalam bahasa Indonesia ialah menggali, sedangkan “Holi” artinya tulang.
Sedangkan, menurut buku pedoman pelaksanaan adat Batak Dalihan Natolu, upacara Mangongkal Holi adalah tradisi memindahkan dan menggali kuburan manusia. Lalu memindahkan tulang belulangnya ke Batu Napir, sebuah bangunan yang lebih tinggi dan mewah. Sebelum dipindahkan, tulang atau kerangka dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air jeruk lalu yang sudah bersih dilumuri dengan air kunyit.
Masyarakat suku Batak Toba percaya tradisi ini sebagai bentuk tahapan tinggi untuk mencapai keabadian. Mereka percaya bahwa kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup, melainkan menuju tahapan proses sempurna di Alam keabadian. Disana arwah anggota keluarga akan berkumpul bersama arwah yang satu keluarga. Tujuannya, agar generasi selanjutnya lebih mudah untuk mengetahui siapa leluhur atau generasi yang ada diatasnya.
Terkadang, tradisi Mangongkal Holi bukan hanya sekedar memindahkan tulang belulang saja, namun juga membuat sebuah Tugu Marga. Dilansir dari laman Hitabatak, Tugu Marga merupakan Tugu atau Makam yang dibuat khusus untuk marga tertentu. Yang mana makam tersebut hanya boleh ditempati oleh satu marga. Keindahan dan kemewahan Tugu merefleksikan status suatu marga, semakin bergengsi tugu, maka semakin terpandang marga tersebut.
Upacara suku Batak Toba ini harus dilakukan sesuai dengan adat Batak yang berlaku. Maka, tidak heran membutuhkan biaya yang terbilang mahal. Dilansir dari merdeka.com, Upacara ini mengharuskan marga atau keluarga yang membuat acara tersebut menjamu keluarga besar dan seluruh masyarakat Kampung. Jamuannya juga tidak main-main, biasanya dihidangkan dengan daging Kerbau. Lalu, masyarakat Toba juga mengkurbankan seekor Kuda untuk acara adat.
Tidak hanya melakukan ritual penghormatan, setelah memindahkan tulang belulang, dilanjutkan dengan pesta adat yang dihadiri oleh para Tetua atau Kepala Suku. Kepala Suku yang hadir mengenakan ulos dan ponding (ulos yang dibentuk mahkota).
Kemudian mereka manortor (menari tarian tor-tor) bersama sambil mengelilingi 3 kali pohon beringin buatan sebagai simbol kebersamaan. Lalu selagi manortor, ada menyawer di sela ranting hodong (pohon uang), dan ada juga yang menyawer di atas piring yang diisi beras sebagai bentuk dukungan materil untuk pesta adat besar yang sedang dilaksanakan.
[tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?s=Delfina+Rahmadhani”]Author: Delfina Rahmadhani [/tw-button] [tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?s=Safina+Diani+Handayani”]Editor: Safina Diani Handayani[/tw-button]
[tw-social icon=”twitter” url=”https://twitter.com/deCODE_Magazine” title=”Follow our Twitter for more Updates!”][/tw-social] [tw-social icon=”instagram” url=”https://www.instagram.com/decodemagazine/” title=”Follow Our Instagram for more Updates!”][/tw-social] [tw-social icon=”facebook” url=”https://www.facebook.com/Decode-Magazine-1895957824048036/?hc_ref=ARQllNXfRdmjk9r__uOAjkB4vJc2ohjO-3fMBz5-Ph_uF74OzCx-zYf-biULGvQzGWk&fref=nf” title=”Follow our facebook for more Updates!”][/tw-social]