April 27, 2024

deCODE

Progressive News & Creative Magazine

Sikap Generasi Z, Menghadapi Fenomena Islamophobia

2 min read

Sumber: Reporter deCODE

Pada hari Sabtu (15/04), KOMAHI UAI menggelar Talkshow bertajuk “Islamophobia: Hate Crime dalam Ruang Lingkup Internasional” yang dilaksanakan secara tatap muka di ruang Auditorium Arifin Panigoro, Universitas Al Azhar Indonesia. Acara ini digelar pada bulan Ramadan dan dihadiri oleh para panelis, yaitu Astrid Nadya Rizqita, S.E selaku President of OIC Youth Indonesia dan Ramdhan Muhaimin S.SOS, M.SOC.SC selaku Dosen Hubungan Internasional UAI.

Sebelum memulai sesi inti pembicaraan mengenai Islamophobia: Hate Crime dalam Ruang Lingkup Internasional. Acara dibuka terlebih dahulu dengan sambutan oleh Ketua Pelaksana Tladan dan ketua KOMAHI FISIP UAI. Kemudian, dilanjutkan sambutan dari Dr. Heri Herdiawanto, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik.

fenomena islamophobia

Setelah sesi pembukaan selesai, Talkshow memasuki acara inti, yaitu penyampaian materi dari para pembicara. Para hadirin diperlihatkan terlebih dahulu cuplikan video yang berisi tentang kasus-kasus di penjuru dunia mengenai Islamophobia.

Memasuki sharing session, Ramdhan menjelaskan tetang sejarah dari Islamophobia. Menurutnya, Islamophobia berasal dari dua kata, yaitu islam yang berarti agama dan phobia yang berarti ketakutan atau kebencian. Ketika seseorang membenci sesuatu yang sudah mandarah daging, maka kebencian itu akan berkembang menjadi sebuah ideologi, hal tersebut dimaksud dengan Islamophobia. Fenomena Islamophobia ini tidak hanya ada di Indonesia, melainkan terjadi di banyak negara.

Pada hakikatnya, orang-orang islam memiliki dua status, yaitu muslim dan intelektual. Dengan adanya kedua status tersebut kita sebagai seorang muslim harus bijak dalam menghadapi suatu persoalan, terlebih pada Islamophobia. Kita harus mengerti sikap apa yang ingin diambil. Astrid menganalogikan, seperti jika seseorang diperintahkan untuk melompat, maka ia harus tahu seberapa tinggi lompatan yang perlu dilakukan.  Akan tetapi, kini banyak sekali muslim yang tidak memiliki intelektual. Maka ini menjadi tugas generasi berikutnya untuk tidak terpancing dengan berita buruk mengenai agama yang diciptakan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab dan hanya ingin mengadu domba ataupun menggiring opini masyarakat ke arah negatif.

Di era globalisasi seperti ini penting sekali untuk peduli terhadap isu-isu global. Pada dasarnya masyarakat bisa menjadi aktor, di mana mereka mampu untuk mengambil langkah dan sikap dalam menghadapi sebuah persoalan. Peran yang dapat dilakukan sebagai generasi Z, yaitu dengan meningkatkan literasi dan memperbanyak membaca. Maka, masyarakat akan semakin cerdas dan berintelektual.

[tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?s=Feronika+Laura+Wulandari”]Penulis: Feronika Laura Wulandari [/tw-button] [tw-button size=”medium” background=”” color=”blue” target=”_blank” link=”http://decode.uai.ac.id/?s=Nadila+Natasya”]Editor: Nadila Natasya [/tw-button]

[tw-social icon=”twitter” url=”https://twitter.com/deCODE_Magazine” title=”Follow our Twitter for more Updates!”][/tw-social] [tw-social icon=”instagram” url=”https://www.instagram.com/decodemagazine/” title=”Follow Our Instagram for more Updates!”][/tw-social] [tw-social icon=”facebook” url=”https://www.facebook.com/Decode-Magazine-1895957824048036/?hc_ref=ARQllNXfRdmjk9r__uOAjkB4vJc2ohjO-3fMBz5-Ph_uF74OzCx-zYf-biULGvQzGWk&fref=nf” title=”Follow our facebook for more Updates!”][/tw-social]

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.