Klarifikasi Biro Humas & PPMB Terkait Berita Miki
Masih dengan kisah Miki Rohmawati, yang diminta untuk mengundurkan diri dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) karena bertato. Kisah tersebut tentunya membuat keluarga besar Ilmu Komunikasi UAI bersedih karena merasa kehilangan salah satu keluarga dari kampus tercintanya. Mahasiswa Ilkom UAI pun mengekspresikan kesedihan mereka dengan berbagai cara, baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Melalui media sosial, berita ini pun tersebar kian luas. Membuat kasus Miki menjadi perhatian media di luar kampus. Hal itu tentunya membuat pihak Universitas khawatir dengan berita-berita tersebar yang tidak sesuai faktanya.
“Sebenarnya kalau image tidak hanya dipengaruhi oleh satu kasus tertentu ya, kecuali untuk awareness. Orang-orang jadi tahu kalau di UAI menerapkan peraturan larangan dalam bertato,” ujar Alma Mandjusri, Kepala Biro Humas dan PPMB (Promosi & Penerimaan Mahasiswa Baru).
Alma juga mengatakan, masyarakat pasti mengerti bahwa masing-masing institusi punya peraturan tertentu. Apalagi UAI adalah universitas yang didasarkan nilai-nilai islam. Sehingga tentu saja peraturan yang dibuat sudah berdasarkan pertimbangan mengenai agama, etika dan kepantasan budaya yang sudah dibuat sejak dulu.
Karena ramainya kasus ini di media sosial, media di luar kampus pun akhirnya ikut memberitakan kasus Miki, seperti Detik.com dan Kompasiana.com. Namun, versi pertama yang diunggah oleh Detik.com ramai diperbincangkan karena dirasa memihak dan hanya mengutip dari satu narasumber. Tidak lama, tersebar rumor juga bahwa pihak UAI sengaja membayar reporter Detik.com untuk membuat berita seperti itu.
“Tidak benar sama sekali. Kami dari Humas dan PPMB tidak pernah membuat press release maupun membayar media manapun. Karena ini adalah masalah internal. Lagipula, di versi kedua oleh Detik.com, sudah mengutip dari berbagai narasumber. Seperti Miki sendiri dan mahasiswa. Sehingga saya rasa kedua artikel tersebut sudah cover both side,” ujar Alma.
Jumat (22/12/17) mahasiswa Ilkom UAI angkatan 2016 juga melakukan mogok kuliah demi melakukan Aksi Bela Miki. Mereka sama-sama absen pada Mata Kuliah Umum Pengantar Periklanan di Auditorium yang mengundang narasumber pakar Digital Advertising: CEO Dentsu Strat, Digital Business Director MACS909 dan CEO Inspira Vision, demi solidaritas. “Ya, saya gak ikut kelas pengantar periklanan. Saya lebih milih demo ini. Kita kan solid,” ujar salah satu mahasiswa Ilkom UAI angkatan 2016.
Alma Mandjusri selaku dosen Pengantar Periklanan dan ketua pelaksana acara tersebut, merasa sangat kecewa. “Padahal saya ingin memberikan kesempatan mereka untuk bertemu CEO penting. Siapa tahu bisa memudahkan mereka nanti untuk magang. Ternyata malah lebih memilih untuk demo. Harusnya mereka bisa bedakan, masa depan dan solidaritas,” ujar Alma.
Namun, di sisi lain, Alma juga merasa bangga terhadap mahasiswa Ilkom UAI karena solidaritas mereka yang sangat kuat. Alma berharap, solidaritas mereka dapat diubah menjadi sesuatu yang lebih produktif sehingga dapat menghasilkan karya bukan malah menjatuhkan.
“Mari kita sama-sama membangun image UAI, bukan mencorengnya. Karena kalau bukan kita, siapa lagi,” tutupnya.