Tempat Nongkrong Favorit Mahasiswa UAI Di Kampus
Halo Sahabat deCODE, apakah kamu menyukai beberapa tempat di area kampus? Dimanakah tempat favorit mu ketika berkumpul bersama teman-teman atau mengerjakan tugas? Yuk, simak beberapa pendapat tempat nongkrong favorit di kampus menurut beberapa mahasiswa UAI!
Menurut Aya, mahasiswi dari Ilmu Komunikasi 2015, mengatakan bahwa tempat nongkrong favorit di kampus adalah di selasar perpus bersama teman-temannya. Alasannya adalah karena di selasar perpus tempatnya enak, anginnya sepoy-sepoy, dan juga bisa melakukan aktivitas apa saja seperti duduk, tidur-tiduran, dan juga bisa mengisi baterai handphone.
Menurutnya, yang paling ia suka selama nongkrong di tempat tersebut adalah bisa melihat orang-orang yang lalu lalang. Dengan melihat orang-orang yang suka lalu lalang, ia bisa mengenal lebih banyak anak-anak UAI lainnya.
Alasan lainnya adalah jika nongkrong di selasar perpus, akses untuk ke tempat lain lebih mudah, tidak jauh kemana-mana. “yaa kalo pengen ke kantin ya tinggal turun, mau sholat juga tinggal turun, mau beli makanan juga enak. Mau makan di tempat tersebut juga bisa. Misalkan, seperti di perpustakaan kan gak bisa makan.” Jelas Aya.
Selain Aya, Irfanqi yang juga mahasiswa dari Ilmu Komunikasi angkatan 2015, mengatakan bahwa tempat nongkrong favorit di kampus menurutnya adalah di Moro. Moro merupakan nama pedagang yang menjual berbagai macam minuman dan juga rokok. Alasannya adalah karena ia sudah kenal dengan pedagangnya, sehingga ia nyaman untuk nongkrong di tempat tersebut. Selain Irfanqi, teman-temannya juga banyak yang suka nongkrong di Moro.
Menurut Rencyta, mahasiswi dari Ilmu Komunikasi angkataan 2014, tempat nongkrong favorit di kampus adalah di ruang Rascho (Rascacielos Choir) dan kantin kampus. Alasannya adalah karena Rascho memiliki ruang sendiri untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Kalau di kantin, ia bisa dengan leluasa bercengkrama dengan teman-temannya, sekaligus makan bersama.
Menurut Najib, mahasiswa dari Sastra Arab angkatan 2015, mengatakan bahwa tempat nongkrong favoritnya di kampus adalah di Perpustakaan Budaya Tiongkok atau yang biasa disebut Perpustakaan (Perpus) China. Alasannya yang pertama adalah karena tempatnya yang nyaman, dingin, memiliki karpet yang tebal, dan juga menyediakan beberapa tempat untuk mengisi batrai gadget masing-masing.
Selain itu, Perpus China ini juga memiliki fasilitas komputer untuk mahasiswanya yang ingin mengerjakan tugas, seperti membuat laporan dengan sambungan internet yang cepat. “Kalau ingin belajar pake youtube juga enak, lancar dan cepat.” ujarnya.
Kondisi ruangannya yang tenang, membuat Najib betah untuk nongkrong lama-lama di sana. Pasalnya, jika ada yang berisik, penjaga perpustakaan akan menegurnya. Selain itu, jam operasional perpus ini juga sudah jelas, yaitu buka dari pukul 09:00 – 12:00, dan kemudian buka lagi pada pukul 13:00 – 15:00.
Selain dari fasilitasnya, perpus ini juga bisa dijadikan sebagai spot untuk berfoto oleh beberapa anak UAI yang sedang berkunjung ke perpustakaan tersebut. “Kita juga bisa loh melihat buku-buku china, dari buku HSK atau toefl china belajar bagaimana sejarahnya, terus dinastinya juga bisa kita lihat untuk menambah wawasan kita tentang budaya china.”
Sama seperti Najib, Suci Ramadhani, mahasiswi dari Sastra China angkatan 2015, juga mengatakan bahwa tempat nongkrong favorit di kampus adalah di Perpustakaan Budaya Tiongkok juga. Alasannya adalah karena di perpus ini ruangannya dingin, dan juga terdapat koneksi wifi. Ia bisa memanfaatkan jaringan wifi dan komputer yang tersedia di sana untuk mengerjakan tugas atau mengunduh webtoon maupun film. Selain karena fasilitasnya yang banyak, ia juga bisa bercengkrama dengan teman-temannya. “Jadi menurut gue, perpus china itu paket lengkap deh.”
Meskipun wifi yang tersedia di Perpustakaan Kebudayaan Tiongkok ini hanya dikhususkan untuk mahasiswa/i dari Sastra Cina saja, serta waktu buka yang terbilang sebentar, tempat ini sangat asik dan cozy untuk dijadikan tempat nongkrong sekaligus mengerjakan tugas.
Reporter: Sherly Ayu | Editor: Nadhira Aliya & Galih Perdana