CFW 2018: Menguatkan Budaya Indonesia dengan Olahraga
Beragam Budaya, Satu Olahraga! Tema yang diangkat oleh CFW (Communication Futsal Week) tahun ini mengajak kita sebagai anak muda untuk tetap melestarikan keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Mulai dari maskot CFW yang bernama Dodo, dipilih karena Dodo adalah seekor komodo yang menjadi satu-satunya hewan langka di Indonesia yang termasuk ke dalam tujuh keajaiban dunia. Sampai semua kesenian tradisional Indonesia yang menghiasi setiap detik acara ini demi mengangkat dan menguatkan budaya Indonesia yang sekarang sudah hampir tergantikan oleh budaya barat.
Sabtu 5 Mei 2018, CFW 2018 akhirnya melaksanakan pertandingan terakhir sekaligus penutupan di GOR Seskoal, Jakarta Selatan. Nuansa batik, lagu-lagu daerah sampai hiburan tari tradisional dapat kita temui sepanjang acara membuat kita lebih mencintai keberagaman budaya Indonesia. Seperti yang kita tahu, CFW 2018 merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas AI Azhar Indonesia. Sejak tahun lalu, CFW terbagi menjadi dua jenis.
Communileague yang sudah memasuki season 7 adalah pertandingan futsal untuk keluarga besar Ilmu Komunikasi UAI. Sementara communicup yang baru memasuki season 2 ini adalah pertandingan untuk anak-anak SMA. “Communileague sih emang udah lama banget ya, tujuannya untuk mempererat tali silaturahim antar keluarga besar Ilkom UAI. Kalo communicup ini, harapan kita sih semoga bisa mempromosikan Ilkom UAI dan bisa lebih meramaikan acara kita,” ujar Rizky, ketua pelaksana CFW 2018.
Communileague yang sudah berlangsung selama 3 bulan tersebut, dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu mulai tanggal 3 Maret 2018. Communileague diikuti oleh 11 team mahasiswa Ilkom UAI dari angkatan 2009 sampai 2017. Sementara, Communicup hanya berlangsung selama 2 hari dan diikuti oleh 24 team SMA.
Menurut Rizky, tahun ini peserta Communileague berkurang satu team. Sementara peserta Communicup meningkat dari tahun lalu menjadi 24 team. “Alasan berkurangnya peserta communileague sih mungkin karena semakin sibuknya angkatan senior yang berpartisipasi pada acara tahun lalu kali ya, udah banyak yang kerja juga kan,” ujar Rizky.
Padahal, menurut Akmal selaku koordinator acara, CFW tahun ini lebih menarik secara susunan acara karena lebih banyak hiburan yang diberikan. Mulai dari pelesapan balon saat pembukaan Communileague dan pemotongan pita saat pembukaan communicup, nuansa batik yang menghiasi seluruh desain acara sampai menggunakan lagu tradisional sebagai backsound yang selalu diputar tiap kali break acara.
Pada hari penutupan, semakin malam acara justru semakin ramai. Hiburan yang diberikan juga semakin banyak. Menjelang final, terdapat juga hiburan Tari Tradisional dan Palang Pintu. Tari tradisional dan kesenian asal betawi yang mengandung unsur komedi tersebut menciptakan gelak tawa semua yang hadir di GOR Seskoal.
“Selain untuk menguatkan budaya, tema acara ini juga bertujuan untuk melestarikan batik. Bisa ditemukan pada berbagai desain dari CFW. Misalnya, pada mascot, spanduk, id card, baju panitia, poster, proposal dan desain pendukung lainnya,” ujar Akmal.
Aga, salah satu peserta communicup dari MAN 7 mengaku tahu informasi mengenai pertandingan CFW dari ketua ekstrakulikuler futsal. Sekolahnya memang sering mengikuti pertandingan futsal untuk menambah pengalaman. “Acaranya seru dan asik, panitianya terstruktur, acaranya masih bisa ketutup walaupun ngaret,” ujarnya. Aga juga berharap agar CFW kedepannya bisa lebih tegas dalam ketepatan waktu dan lebih terkenal lagi.
Zainal Aripin, ketua KOMIK periode 2017/2018 sekaligus penanggung jawab CFW 2018 juga merasa cukup puas dengan CFW 2018 karena sudah lebih baik dari tahun lalu. Walaupun kendala waktu juga masih tidak bisa dihindarkan karena banyak peserta yang belum bisa hadir tepat waktu. Namun Zainal bangga karena konsep acara yang menarik dan panitia sudah melakukan jobdesk dengan benar. Peserta maupun penonton yang hadir lebih ramai dari tahun lalu.
“Konsep acara nya kerasa banget. Jarang banget ada yang memadukan budaya Indonesia dengan olahraga. Yang paling unik, ada Palang Pintu sebelum pertandingan final,” ujar Nadira Rizqika yang sudah menjadi penonton setia CFW selama dua tahun berturut-turut. Menurut Nadira, supporter yang hadir tahun lalu justru lebih ramai dari tahun ini. Namun Nadira tetap bisa merasakan keseruan dan atmosfir yang berbeda selama CFW 2018.
Konsep acara yang menarik serta peserta yang banyak membuat GOR Seskoal terus ramai. Menjelang final, semakin banyak penonton dan supporter yang hadir untuk mendukung timnya. Koordinator divisi keamanan, Rivaldi, mengaku tetap siaga dalam mengawasi seluruh kegiatan acara. Pengamanan juga lebih diketatkan dengan hanya membuka akses satu pintu. Barang-barang tajam, pulpen, parfum serta seluruh benda-benda yang bisa memicu pertikaian akan disita. “Yang kita tekenin banget disini sih agar tidak terjadi ribut antar supporter. Yel-yel yang diteriakkan juga tidak boleh mengandung SARA, rasis maupun sindiran kepada tim lain,” ujar Rivaldi yang lebih akrab dipanggil Ipal.
Selain keamanan, divisi kesehatan juga melakukan persiapan yang maksimal. Salah satunya dengan melakukan pelatihan dengan PMI (Palang Merah Indonesia). Dalam latihan tersebut divisi kesehatan belajar bagaimana penanganan pertama yang harus dilakukan untuk mengobati terkilir, luka, keseleo dan lain-lain. “Yang paling ditakutkan akan terjadi sih patah tulang, kejang-kejang, walaupun sudah diajarin juga sih penanganannya, cuman kan itu taruhannya nyawa ya. Semoga tidak terjadi deh sampai akhir acara,” ujar Hanny, koordinator divisi kesehatan.
CFW 2018 yang sudah dilakukan selama kurang lebih tiga bulan, pastinya membutuhkan persiapan yang matang. Mulai dari konsep acara sampai pencarian dana. Magda selaku koordinator sponsor merasa tidak terlalu sulit dalam pencarian dana. Namun dana yang didapatkan dari sponsor seringkali lama sehingga panitia harus melakukan pencarian dana dengan berjualan dan sebagainya. Walaupun begitu Magda mengaku semua dapat teratasi.
Kekurangan dan hambatan pasti selalu ada, namun tidak mematahkan semangat panitia CFW 2018. Rizky berharap CFW tahun depan bisa lebih ramai lagi dan peserta yang ikut bisa lebih banyak. Bahkan, Rizky bermimpi agar CFW (Communication Futsal Week) bisa diganti dengan CSW (Communication Sports Week) dan menambahkan kompetisi olahraga lainnya seperti pertandingan basket.
Communicup season 2 dimenangkan oleh SMAN 97 Jakarta (A) sebagai juara 21, diikuti oleh SMK Gita Kirti, SMAN 46 dan MAN 7 Jakarta. Sementara communileague season 7 dimenangkan oleh Blomstra sebagai juara 1, diikuti oleh Gatsbi, Shaolin Soccer dan Manohara FC. Selamat kepada para pemenang dan sampai jumpa di CFW tahun depan!