Jurnalis Tempo: Ayo Manfaatkan Konvergensi Media!
“Sekarang kan era konvergensi. Kalau nggak ikut, selesai kita.’’
Demikian antara lain, yang dikatakan Martha Warta Silaban di Ruang Multimedia Prodi Ilkom Basement I, Kampus UAI, Jumat (19/01/2018) dalam sharing tentang liputan dan penulisan bersama Comrade (Communication Media Sharing and Development). Diskusi lesehan ini, diikuti para jurnalis deCODE (online dan cetak), produser dan penyiar CFM Radio dan CTV.
Martha adalah wartawan Tempo yang kini bertugas sebagai editor pada tempo.co. Peraih The 1st Winner of Journalist Award Jakarta Endocrine Meeting 2017: All About Thyroid, FKUI-RSCM and PERKENI JAYA, 2017 memulai karier sebagai reporter Majalah TEMPO, hingga kemudian menjadi editor Koran TEMPO dan kini di tempo online.
Memicu diskusi, Martha menjelaskan cara kerja Tempo, kecuali yang bersifat konfidensial atau rahasia. ‘’Di Majalah, kita biasanya rapat perencanaan setidaknya 3 kali. Rapat pertama diikuti seluruh wartawan (reporter, fotografer, redaktur, redaktur pelaksana, bahkan pemimpin redaksi dan desain). Saya kira ini umum di majalah berita. Seringkali, semua orang ditanya ide atau usulan, saat itu,’’ kata Martha.
Sementara di Tempo online, ‘rapat’ dilakukan tiap hari. ‘’Tepatnya tiap pagi. Jam 6 pagi sudah rapat,’’ katanya. Bagaimana caranya? ‘’Pakai Group di WhatsApp. Makanya, kalau pagi tuh pusing. Susah loh diskusi dan mengatur liputan dengan WA. Tapi begitulah sekarang, harus serba cepat,’’ tambahnya.
Karena diskusi berlangsung santai, satu per satu pertanyaan dan respons peserta sharing mengemuka. Galih, Redaktur Pelaksana deCODE mulai bertanya-tanya tentang bagaimana sebuah tulisan berproses di Tempo. ‘’Kalau saya reporter, apakah saya juga yang menulis sampai jadi siap dipublikasi?’’ tanya-nya.
Strukturisasi/Sistem Penerbitan Artikel di Tempo
Martha menjelaskan, bahwa di Majalah Tempo, naskah reporter merupakan data yang lengkap sesuai perencanaan dan tugas. Jika perlu lebih. Kemudian diserahkan kepada redaktur, lalu diperiksa redaktur pelaksana. ‘’Jika itu isu atau topik yang krusial, akan diperiksa oleh pemimpin redaksi. Lalu masuk ke redaktur bahasa, yang memeriksa typo (kesalahan ketik) dan bahkan diksi, supaya benar-benar bebas dari kesalahan, baru setelah itu masuk ke desain atau tim layout.’’ tutur Martha.
Sementara di online, tulisan reporter masuk ke editor melalui jalur online yang sudah disediakan khusus, diedit, kemudian diunggah oleh editor. Ada kalanya juga dari reporter, diserahkan kepada penulis, dan terakhir di editor. ‘’Kalau ada reporter menulis dengan baik, itu pasti disayang editor. Memudahkan dan kariernya juga relatif cepat. Kami tidak segan menghire atau meminta seorang mahasiswa magang untuk bekerja tetap, jika ia ternyata mampu meliput dan menulis dengan baik,’’ kata alumni Universitas Padjajaran dan S2 Komunikasi Universitas Indonesia ini.
Pengajar di LSPR ini juga menyatakan, seperti media lain di Indonesia bahkan di dunia, Tempo juga beberapa tahun terakhir mengintegrasikan semua ‘’kekuatan’’ media. ‘’Karena eranya kan konvergensi. Kita tidak bisa lari. Jadi, kalian juga harus bermain dan memanfaatkan konvergensi media ini,’’ tutur Martha.
Hidup di era konvergensi, menjadikan kita harus memanfaatkan konvergensi media sebaik-baiknya
Konvergensi media sendiri adalah penggabungan atau menyatunya saluran-saluran keluar (outlet) komunikasi massa, seperti media cetak, radio, televisi, Internet, bersama dengan teknologi-teknologi portabel dan interaktifnya, melalui berbagai platform presentasi digital. Konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa untuk menyampaikan berita dan menghadirkan informasi dan hiburan, dengan menggunakan berbagai macam media.
‘’Jadi beberapa tahun belakangan, wartawan Tempo yang semula menulis untuk Koran dan Majalah Tempo saja, sekarang melaporkan berita untuk online. Bahkan video. Target kita penayangan berita online di atas 300 berita per hari. Tentu, ada strategi juga untuk membuat koran dan majalah bertahan,’’ lanjutnya.
Lalu bagaimana Tempo cetak bertahan? Tanya peserta diskusi lain.
‘’Koran Tempo, tentu saja terus mencoba tetap aktual tapi juga lengkap, akurat, dan sesuai moto kita selama ini, enak dibaca dan perlu. Kalau Majalah Tempo, bertahannya dengan berusaha konsisten menyajikan liputan-liputan menarik, berbeda, eksklusif dan sudut pandang yang khas. Jadi meskipun Anda sudah tahu informasi besarnya karena ada di media online atau koran, atau pernah mendengar kasusnya, Tempo akan tetap dicari pembacanya karena tadi itu, menggali sisi lain dan kedalaman berita,’’ tutur Martha.
Dari mana dapat informasi eksklusif, misalnya soal rekaman Papa Minta Saham, yang tidak dimiliki media lain?
‘’Kalau itu, soal pengalaman dan jaringan, hehehe…Tapi sih, Tempo biasa juga didatangi orang-orang, narasumber untuk diskusi atau bahkan mengadu. Jadi itu bisa juga digali,’’ jelas Martha lagi.
Diskusi terasa hangat dan seru, sehingga materi tentang teknik liputan dan wawancara, hanya dibahas singkat. ‘’Saya senang, kalian aktif bertanya. Seru banget diskusi di sini,’’ kata Martha, diakhir acara.
Tentang diskusi ini, para peserta berkomentar beragam. “Jadi yang gua tangkep itu, gua jadi tahu bagaimana struktur organisasinya, struktur kerja di tempo itu bagaimana. Intinya gua jadi tahu struktur reporter, editor, redaktur pelaksana dan pemimpin redaksi yang benar itu bagaimana, Alhamdulillah tambah pengetahuan lagi,” ungkap Galih.
“Pembicaranya asik, terus juga beliau benar-benar ngeshare, nggak kaku gitu. Dia share apa yang dia alamin, jadi seneng sih,’’ tutur Safa, Pemimpin Redaksi (Pemred) deCODE.
“Pastinya setelah ada workshop ini, gua jadi makin tertarik sih di jurnalistik. Jadi pengen jadi editor beneran yang bergaji banyak, haha,” ungkap salah satu anggota deCODE.